Minggu, 29 Maret 2009

3 Keranjang Kehidupan Finansial


Artikel ini diambil dari http://www.jawaban.com

3 Keranjang Kehidupan Finansial

Semua orang harus bekerja/berusaha untuk mendapatkan penghasilan. Penghasilan tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar masing-masing. Kebutuhan hidup tidak akan sama untuk semua orang, karena standar hidup tiap orang juga berbeda. Akan tetapi semuanya akan mempunyai persamaan yaitu setelah pemenuhan kebutuhan hidup terpenuhi, maka sisanya akan ditabung.

Jika Anda menanyakan kepada orang-orang apa yang dilakukan mereka terhadap tabungannya, yakinlah bahwa jawabannya pasti beraneka ragam. Kenapa? Karena mereka menabung untuk memenuhi tujuan hidupnya masing-masing. Ada yang ingin mempunyai rumah, ada yang ingin menyekolahkan anak, ada yang ingin mempunyai mobil mewah, ada yang hanya ingin membantu orangtua. Apa pun tujuan orang untuk menabung, secara garis besar bisa dikelompokan ke dalam 3 keranjang kehidupan seperti berikut:

Keranjang Pertama (I) - Security (Keamanan)

Keranjang ini berisi dana darurat, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, tabungan pensiun dan tabungan sejenis lainnya.

Keranjang ini adalah yang pertama dan yang utama. Seharusnya setiap orang harus mengisi terlebih dahulu keranjang I ini. Akan tetapi kenyataannya banyak orang yang mengabaikan keranjang I ini, mereka lebih memilih untuk langsung mengisi keranjang II. Mereka tidak sadar bahwa banyak sekali resiko yang harus dihadapi seseorang dalam kehidupan ini. Coba perhatikan ilustrasi di bawah ini:

Ada 2 orang yaitu Mr Siap dan Mr Belum, keduanya bekerja di perusahaan yang sama. Mr Siap memfokuskan tabungannya untuk menyiapkan dana darurat, sedang Mr Belum hanya memfokuskan diri untuk investasi saja. Setelah beberapa waktu mereka sudah mempunyai tabungan yang cukup, tiba-tiba perusahaan tempat mereka bekerja mengalami masalah sehingga harus melakukan PHK masal. Mr Siap dan Mr Belum termasuk orang yang terkena PHK tersebut. Kita lihat bagaimana hal tersebut mempengaruhi kehidupan mereka.

Untuk keperluan sehari-hari, Mr Siap tidak terlalu bermasalah karena dia sudah menyiapkan dana darurat yang cukup untuk mengantisipasi hal ini. Sekarang dia sedang memfokuskan diri untuk mencari pekerjaan yang baru, dan masih memungkinkan bagi Mr Siap untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Sebaliknya dengan Mr Belum, dia sekarang sedang pusing memikirkan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Mr Belum menginvestasikan tabungannya dalam bentuk properti dan tidak dapat menjual properti tersebut dengan mudah, sehingga Mr Belum harus cepat-cepat mencari kerja dan dia pasti akan menerima pekerjaan apapun demi mencari penghasilan.

Dari ilustrasi di atas, Anda dapat melihat mengapa kita mengutamakan keranjang I lebih dahulu. Keranjang I ini, kita tidak terlalu mementingkan return atau hasil tapi lebih mengutamakan kemudahan dicairkan pada saat dibutuhkan (liquidity).

Keranjang Kedua (II) - Growth (Pertumbuhan)

Keranjang kedua adalah tabungan berupa properti, usaha, investasi dan tabungan sejenisnya.

Pada keranjang ini seseorang mulai mengharapkan bahwa apa yang ditabung akan bertumbuh menjadi lebih banyak. Ada banyak cara untuk mengembangkan aset Anda.

Keranjang Ketiga (III) - Luxury (Kemewahan)

Keranjang ketiga adalah tabungan yang ditujukan untuk kemewahan, seperti jalan-jalan ke luar negeri, mobil mewah, rumah mewah, executive club, dan tabungan yang ditujukan untuk kemewahan lainnya.

Jika Anda mengisi keranjang ini pastikan bahwa Anda telah mengisi keranjang I dan II. Keranjang ini adalah keranjang biaya, tidak ada pertumbuhan di keranjang ini. Seseorang harus sudah mempunyai kemapanan finansial atau kebebasan finansial (financial freedom) baru dia boleh mengisi keranjang ini, jika tidak akan sangat berbahaya.

Masa depan Anda bukan hanya ditentukan oleh kesempatan, melainkan pilihan. Jadi, bijaklah dalam memilih dan bangun kehidupan keuangan Anda dengan penuh hikmat.

Sumber : merencanakankeuangan

TETAPI SAYA PASTI KAYA

Kaya!!! Bolehkah?

Teman-teman izinkan saya mengeluarkan suatu peryataan mengenai filosofi kekayaan...

SAYA TIDAK INGIN KAYA
KARENA SAYA TIDAK BUTUH KAYA,
TETAPI SAYA PASTI KAYA.

Mungkin teman-teman bingung dengan pernyataan di atas. Namun, itulah filosofi yang saya pegang teguh. Mari kita bahas...

SAYA TIDAK INGIN KAYA. Mengapa? Saya tidak ingin kaya KARENA SAYA TIDAK BUTUH KAYA. Mengapa? Teman-teman, saya pernah mendengar sebuah pernyataan yang diucapkan oleh Pak Tung Desem Waringin bahwa sebenarnya kita tidak memerlukan kekayaan, tetapi kita hanya memerlukan perubahan perasaan. Sekarang, coba teman-teman bayangkan teman-teman detik ini juga menjadi orang kaya. Wah, pasti apapun itu, kita akan terus berbahagia karena kekayaan ada di tangan kita. Ketika teman-teman membayangkan hal itu sebenarnya kondisinya benar-benar sama ketika teman-teman benar-benar sudah kaya. Kita sebenarnya cuma menginginkan perubahan perasaan.

Coba saya tantang, mengapa teman-teman kepingin banget kaya? Punya mobil mewah, jalan-jalan ke luar negeri, rumah mewah, makan enak, dan banyak hal menyenangkan yang bisa kita lakukan. Itukah kaya? Teman-teman, keinginan itu justru membuat kita terikat dan menghamba pada kekayaan. Saya tantang lagi, bagaimana kalau seandainya teman-teman benar-benar sudah kaya kemudian kematian datang begitu saja? Lalu, apa selanjutnya? Sia-sia, bukan!!!

Mari kita berpikir logis. Sesungguhnya kita benar-benar tidak butuh kaya. Mengapa? Ya, karena kekayaan tidak mampu menyelamatkan kita dari kematian. Kebutuhan kita sebenarnya apa sih? Saya kira cuma satu, yaitu kebahagiaan dalam hidup yang kekal. Hanya itu.

Jadi, apakah kita tidak boleh kaya? Tunggu dulu. SAYA PASTI KAYA. Lho, kok bisa? Bukannya saya tidak ingin kaya? Tunggu dulu. Mengapa saya yakin pasti kaya padahal saya tidak ingin kaya? Karena saya berusaha memberikan nilai manfaat kepada orang-orang dan lingkungan di sekitar saya. Kemudian, lingkungan membalasnya setara bahkan berlimpah jauh melebihi dari apa yang telah saya berikan. Maka, SAYA PASTI KAYA.

Saya menyadari bahwa uang adalah salah satu energi terbesar untuk melakukan pekerjaan yang besar dan mulia. Saya sudah berkomitmen bahwa SAYA PASTI KAYA dan sebagian besar kekayaan itu akan saya gunakan untuk melakukan pekerjaan yang besar dan mulia bagi masyarakat dunia. Jadi, saya akan menjadi majikan atas uang saya, bukan budak atas uang saya dan menggunakannya untuk masyarakat dan lingkungan.

Ingat, jangan benar-benar menginginkan kekayaan karena ketika kita ngebet banget pingin kaya, kita justru cenderung menjadikan diri kita budak atas ambisi kita itu! Wah, bisa-bisa segala cara dihalalkan untuk menjadi kaya. Intinya, mari kita menjadi kaya asalkan motivasinya jelas dan mulia, bukan untuk diri sendiri, tetapi bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Kiranya, menjadi bahan refleksi bagi kita semua.

by:
Abubakar